Rabu, 10 Oktober 2012

Bangkrut, Persewangi Terancam Degradasi



BANYUWANGI – Nasib Persewangi Banyuwangi benar-benar diujung tanduk saat ini. Persoalan klasik terkait macetnya pembayaran gaji dan kontrak pemain bakal kembali sampai ke meja otoritas sepak bola internasional, FIFA. Ini menyusul sikap salah satu pilar asingnya Moukwelle Sylvian yang kembali melaporkan Laskar Blambangan ke induk seak bola sejagat tersebut.
Langkah yang dilakukan pemain berkebangsaan Perancis ini didasarkan atas buntunya negosiasi pembayaran gaji dan kontrak yang coba dilakukannya kepada manajemen. Upaya ini sekaligus menjadi upaya kedua yang diupayakan pemain berposisi sebagai gelandang bertahan ini untuk mendapatkan jatah haknya di Persewangi.
Moukwelle menuturkan upaya untuk mendapatkan haknya sudah sering dilakukan. Diantaranya dengan menemui langsung manajemen untuk membahas sisa gaji dan kontraknya yang belum dibayarkan. “Sudah sering ketemu tapi tidak ada solusi,” katanya.
Nihilnya kejelasan nasibnya inilah yang membuatnya menulis surat ke FIFA. Dalam balasan organisasi pimpinan Joseph Bletter itu, manajemen diminta merampungkan persoalan keuangan yang dialami Persewangi dengan pemain hingga 27 Agustus 2012. Nyatanya hingga kini solusi terkait surat yang tertuang dalam FIFA belum jelas pangkal ujungnya.
Pendekatan lewat lobi pun sudah dilakukan Moukwelle kepada manajemen untuk mendapatkan haknya. Namun hanya pepesan kosong yang diperoleh. Jangankan kepastian pembayaran, niat untuk menyelesaikan persoalan ini dengan  dirinya pun dirasakan tidak ada sama sekali.
“Saya putuskan untuk menyurati lagi FIFA. Saya lihat tidak ada niat untuk menyelesaikan masalah ini. Saya ingin pulang ke Perancis,” ujarnya.
Di Persewangi, Moukwelle seharusnya dibayar Rp 297 juta per musim. Namun sejauh ini dia baru menerima dua kali termin pembayaran gajinya. Per bulan dia menerima tidak kurang dari Rp 27,5 juta.
Boleh jadi laporan Moukwelle patut menjadi perhatian bagi nasib persepakbolaan di Banyuwangi. Bukan mustahil bila tidak ada jalan keluar, sanksi dari otoritas sepak bola sejagat itu pun bisa saja membayangi Persewangi. Imbas buruknya Persewangi dinyatakan bangkrut dan dilempar ke kasta terendah kompetisi sepak bola Indonesia alias Divisi III.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar