Rabu, 03 Oktober 2012

Gawat, Stadion Maron Dikepras



BANYUWANGI – Cobaan yang datang silih berganti sepertinya tidak pernah sepi wajah persepakbolaan di Banyuwangi.  Ditengah ketidakkejelasan nasib  Persewangi dipentas Divisi Utama musim depan. Publik kembali harus dihadapkan pada kenyataan pahit atas kemungkinan hilangnya fasilitas olahraga paling popular di Banyuwangi bahkan sejagat ini.

Setidaknya pemandangan itu terpapar dalam rencana pemkab Banyuwangi mengubah perwajahan Stadion Maron Genteng menjadi ruang terbuka hijau (RTH). Bahkan bayangan itu semakin jelas manakala proyek dari APBD tahun 2012 senilai Rp 573 juta kini dalam proses pengerjaan. Padahal stadion ini boleh jadi menjadi arena sepak bola yang cukup “dikeramatkan” bagi warga Genteng dan sekitarnya.
Menyikapi hal itu, pengamat masalah sosial dan olahraga Banyuwangi Rudi Latief pada dasarnya cukup mengapresiasi pembangunan di Kecamatan Genteng. Hanya saja sangat disayangkan justru prosesnya terkesan mengabaikan martabat masyarakat sebagai subyek pembangunan. Dia menilai ada keputusan sepihak yang dilaksanakan dalam penentuan tata ruang wilayah di wilayah kecamatan ini.
Imbasnya apa yang diinginkan oleh masyarakat dan pemerintah realitasnya berbeda di lapangan. Stadion Maron sebagai arena olahraga sepak bola tentu diharapkan bisa dibangun sejajar dengan arena pertandingan sepak bola di daerah lain. Kenyataan yang tampak kini berbalik. “Meski lapangannya ada, unsur stadionnya hilang dan bergtanti menjadi taman. Aneh,” ujarnya.
Seharusnya pemerintah mengerti betul kebutuhan terkait arena olahraga. Dan disisi lain tentu berbeda dengan kebutuhan dengan akan RTH di Kecamatan Genteng. Dan bila kemudian ini dicampuradukkan, maka tentu saja ada yang akan menjadi korban. Dan dalam hal ini adalah kebanggaan pertandingan sepak bola yang dilaksanakan di tempat yang namanya stadion.
Tidak heran, Rudi pun berani menolak bila Stadion Maron dijadikan kawasan RTH. Sebab pada prinsipnya berbeda. “Coba apa yang nama stadion dan apa itu taman. Semua orang pasti jawabnya beda,” ujar anggota salah satu pemenangan Partai Demokrat Banyuwangi ini.
Sementara itu dihubungi terpisah, Plt DKP Banyuwangi Arif Setyawan menolak adanya pengalihfungsian Stadion maron menjadi taman. Justru yang terjadi pemkab Banyuwangi ini memaksimalkan pengunaan stadion tersebut tidak hanya sekadar menjadi arena olahraga khususnya sepak bola.“Fungsi sebagai stadion tetap. Tetapi aspek lainnya seperti estetika ditambah sekaligus sebagai lahan hijau dan paru-paru di kota Genteng,” bebernya.
Arif menambahkan sudah mempersiapkan landscape pembangunan tambahan di sisi barat Stadion Maron. Termasuk diantaranya arena parikir bagi pengunjung. Termasuk diantaranya menyebutkan status tanah yang diklaim sebagai tanah kas desa, mantan kabag humas pemkab Banyuwangi menjelaskan bahwa itu merupakan tanah milik negara.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar