Rabu, 22 Agustus 2012
Gaji Wasit IPL Terabaikan
JAKARTA - Berbagai eleman dikeberlangsungan kompetisi Indonesia Premier League (IPL), mulai semakin kencang mengeluarkan suara minor. Setelah sebelumnya klub dan pemain yang gerah akan penunggakan gaji, kali ini giliran para wasit yang angkat bicara.
Berbagai aspek yang ikut ambil bagian dalam kompetisi IPL musim kompetisi 2011/2012, seperti mulai satu persatu mengeluarkan keluhannya. Mereka mayoritas mengeluhkan belum juga dibayarkannya gaji-gaji yang seharusnya menjadi hak penuh untuk didapatkan.
Awalnya klub-klub yang tergabung di IPL merasa gerah dengan pengunggakan gaji pemain dan seluruh official tim yang hampir mencapai enam sampai tujuh bulan lamanya. Dan yang membuat miris akhir-akhir ini, para pemain yang tergabung dalam klub IPL dikabarkan dipaksa untuk menerima hak yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya didapatkan.
Setelah adanya suara-suara tidak mengenakan dari klub dan pemain terhadap kinerja konsorsium dan PT Liga Prima Indonesia Sportindo (PT LPIS), kali ini giliran wasit yang menyampaikan keluhannya. Malahan ada wasit yang menyatakan, dari awal bekerja dan memimpin beberapa pertandingan, baru satu kali mendapatkan honor atas pemakaian jasanya sebagai wasit.
Achmad Sukamdi contohnya, wasit asal Nganjuk, Jawa Timur tersebut mengungkapkan, sejak diri ditugaskan memimpin babak penyisihan Divisi Satu di Papua lalu, baru sekali mendapatkan transfer honor sejumlah Rp 11,7 juta.
Uang sebesar itu, kata Achmad, dirinya masih minus Rp 4 juta bila ditotal mulai biaya penerbangan Surabaya-Jayapura pulang pergi serta ditambah dengan honor wasit selama bertugas. Dan hal itu sampai saat ini belum ada kejelasan sama sekali baik dari PT LPIS sebagai operator IPL ataupun PSSI.
“Tiket pesawat pergi-pulang habis Rp 7 juta. Honor harian tiap bertugas Rp 700 ribu. Saya terpaksa menggadaikan motor seharga Rp 3 juta untuk berangkat. Sampai sekarang saya belum bisa menebusnya. PSSI juga belum membayar honor saya saat tugas di Sragen, Purwodadi, dan Bekasi di babak 12 besar lalu," ungkap Achmad, saat dihubungi wartawan, kemarin.
"Jika ditotal seharusnya saya dapat hak sekitar Rp 11 juta lagi dari tiga pertandingan itu. Apalagi saat di Bekasi lalu pertandingan sistem home turnamen yang butuh waktu lebih lama dan biaya besar,” tambahnya.
Achmad sendiri awalnya berfikiran dengan bergabung dan bekerja di bawah naungan PSSI, bisa membuat kerjanya ada dijalur yang benar. Namun, saat ini seolah keburukan demi keburukan soal kinerja PT LPIS yang seharusnya memberikan kenyamanan bagi seluruh elemen kompetisi, malah membuatnya ada didalam posisi sulit.
“ Yaitu tadi, ternyata kesejahteraan kami diabaikan begitu saja oleh para pengurus. Padahal sama-sama diketahui jika kami juga butuh uang itu untuk kebutuhan keluarga," jelasnya.
"Pada awalnya sebenarnya honor teman-teman wasit yang ada di bawah LPIS lancar. Tapi semuanya seolah berubah sejak memasuki bulan Februari. Dari bulan itu, LPIS tidak lagi membayarkan gaji wasit hingga kini. Alasannya, mereka berkilah karena kompetisi tidak mendapat sponsor yang cukup," sambung Achmad. (*)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar